Bukti Dahsyat dan Ajaibnya Silahturami, Silaturahim yang dalam bahasa Indonesia berarti menyambungkan kasih sayang, memiliki kedahsyatan. Tak percaya? Ini buktinya. Berbekal silaturahim, Aqua Dwipayana, penulis buku 'Berhenti Kerja semakin Kaya' banyak mendapatkan kemudahan.
Tak hanya dalam bentuk materi, tapi juga kemudahan lainnya.''Sampai saya
mudah melakukan perjalanan ke sejumlah negara seperti Myanmar, Laos,
Vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura belum lama ini,'' ungkap Aqua
pada peluncuran dan bedah buku 'Berhenti Kerja Semakin Kaya' di Jakarta
Hobi bersilaturahim, sudah dilakukan Aqua sejak kecil. Itu ia lakukan
mencontoh almarhum ayahnya. Kepada semua anaknya, kata Aqua, ayahnya
selalu mengajarkan untuk bersilaturahim kepada teman-temannya.
Walau pun ia sendiri tak mengerti apa yang dibicarakan sang ayah dengan
teman-temannya, ayahnya memberikan contoh tentang perlunya menjalin
silaturahim dengan banyak orang terutama teman-teman ayahnya.
Hasil pembelajaran silaturahim yang ditanamkan sang ayah, ia petik
ketika duduk di bangku kelas II SMA tahun 1986. Ia dengan mudahnya
keliling Indonesia dengan modal uang seadanya. ''Saya sampai ke Makassar
hingga ke Balikpapan, berkat bantuan teman-teman ayah,'' ujarnya penuh
syukur.
Sebelum keliling Indonesia, ayahnya menelpon dan berkirim surat kepada
teman-temannya bahwa anaknya akan mengunjungi berbagai kota di
Indonesia. Dengan ongkos seadanya, pria kelahiran Pematang Siantar,
Sumatera Utara 23 Januari 1970 ini, bisa berkeliling Indonesia selama
dua bulan tiga hari dengan menumpang pesawat, kapal laut dan bus.
''Ternyata yang namanya silaturahim atau dalam bahasa modern sering
disebut networking, merupakan sesuatu yang sangat diperhatikan bahkan
didorong dalam islam,'' ujarnya.
Ia kemudian mengutip hadis Nabi saw yang diriwayatkan Muslim, Bukhari
dan Abu Dawud yang artinya, ''Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambungkan
(tali) silaturahim.''
Pentingnya berkomunikasi atau silaturahim, dijelaskan Prof H Deddy
Mulyana MA Ph D, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Bandung. Prof Deddy kemudian mengungkapkan beberapa contoh hasil
penelitian.
Pada abad ke-13, Penguasa Sicilia melakukan percobaan dengan memasukkan
sejumlah bayi ke labotatorium. Bayi-bayi itu dimandikan dan disusui oleh
ibu-ibu mereka, tapi tidak diajak bicara. Akibatnya sangat mengejutkan.
Semua bayi dalam percobaan itu mati.
Tahun 1915, seorang dokter di Rumah Sakit John Hopskin menemukan 90
persen dari semua bayi di Panti Asuhan Baltimore, Maryland, meninggal
dalam satu tahun. Tahun 1944, seorang psikolog menemukan 34 dari 91 anak
panti asuhan yang diamatinya juga meninggal.
Menurut Prof Deddy, korelasi positif antara komunikasi yang efektif
(tulus, hangat dan akrab) dengan usia panjang juga telah didukung oleh
penelitian terbaru yang dilakukan Michael Babyak dari Universitas Duke
dan beberapa rekannya dari beberapa universitas di Amerika Serikat.
Lewat penelitian yang melibatkan 750 orang kulit putih dari kelas
menengah sebagai sampel dan memakan waktu 22 tahun, para peneliti
menemukan orang-orang yang berkomunikasi kurang efektif (tidak suka
berteman, memusuhi dan mendominasi pembicaraan) berpeluang 60 persen
lebih tinggi menemui kematian pada usia dini dibanding orang-orang yang
berperilaku sebaliknya (ramah, suka berteman, berbicara tenang).
Bahkan, pelaku penembakan yang dilakukan seorang mahasiswa S3 di sebuah
perguruan tinggi di Amerika Serikat yang menewaskan banyak orang tahun
lalu, kata Deddy, berlatarbelakang orang tua yang tidak suka bergaul.
Ia menjelaskan, tidak sulit menduga watak tertentu menimbulkan respons
tubuh tertentu pula. Misalnya, kita bisa melihat reaksi tubuh bagian
luar orang yang sedang marah: muka merah, mata melotot dan berwarna
merah, badan gemetar, berkeringat, kulit menegang dan gigi bergemeletuk.
Dalam konteks ini, sambung Deddy, Babyak dan kawan-kawannya menduga,
orang-orang dari golongan pertama secara kronis lebih cepat dibangkitkan
dan terkena stres. Hal itu membuat mereka menghasilkan lebih banyak
hormon stres yangg merugikan dan lebih berisiko terkena penyakit
jantung.
Semua hasil penelitian di atas, kata Deddy Mulyana, sebenarnya
memperkuat hadis Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan Muslim, Bukhari dan
Abu Dawud yang artinya, ''Barang siapa yang senang untuk dilapangkan
rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung (tali)
silaturahim.''
Yang menarik, kata dia, teori silaturahim atau berkomunikasi ini sudah
diungkapkan sang ilmuwan sejati, Nabi Muhammad saw, 14 abad yang lalu.
''Berbahagialah orang yang senang bersilaturahim,'' jelas Deddy pada
Launching dan Bedah Buku 'Berhenti Kerja Semakin Kaya' di Jakarta.
from http://asiktau.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Memberikan Komentar, Namun Tolong Agar Menggunakan Bahasa Yang BAIK dan SOPAN Terima Kasih...